BR - Act 8


Tsurai mengerjapkan matanya beberapa kali, pandangannya masih kabur setelah memulihkan diri di dalam jantung hijau. Badannya sedikit terasa kaku namun tenaga sudah pulih, cedera di tubuhnya hilang tak berbekas.

Begitu terbiasa dengan keadaan sekitar, di gelap malam yang hanya berhiaskan cahaya bulan setengah Tsurai mendengar suara pertarungan tidak jauh dari Taman Seribu Kucing. Entah kenapa dia merasa harus berada di sana, hatinya memaksa dia untuk ikut bertarung. 

Berlari menerobos semak-semak, Tsurai mendapati di hadapannya tiga sosok sedang bertarung satu . Dua perempuan dan satu makhluk jadian, setengah manusia setengah kucing. Dia mengenali salah satunya, perempuan kecil yang bernama Kika.

Tsurai berdiam sejenak, mengamati jalannya pertarungan. Manusia kucing dengan jelas bertarung dengan kedua perempuan, Kika juga bertarung dengan kedua lawannya. Yang berbeda, hanya sang perempuan yang hanya menyerang si manusia kucing tapi menghindar dengan keras dari serangan Kika. Tidak ada satu seranganpun yang dilancarkan perempuan pucat itu kepada Kika.

Akhirnya Tsurai memutuskan untuk membawa Kika menjauh dari pertarungan dan membiarkan si perempuan pucat dan manusia kucing saling bertarung. Namun baru saja kakinya mengambil ancang-ancang untuk melesat, sebuah desakan angin membuatnya merinding. Beruntung dia sempat melesat ke samping saat sebilah katanya panjang menebas tanah tempat dia berdiri sebelumnya.

Tsurai melirik pertarungan Kika dan yang lain, terhenti karena mendengar suara gelegar yang hebat. Sesosok laki-laki berambut panjang berdiri penuh kekuatan. Menatap tajam ke arah dirinya, dia mengenali pemuda laki-laki itu. Alcyon sang Penasihat. 

Ada yang berbeda dengan pandangan mata Alcyon, Tsurai memang tidak mengenal orang itu secara dekat tapi tatapan mata itu bukan tatapan mata sang Penasihat Kerajaan. Itu tatapan mata setan yang haus akan darah. Tubuhnya perlahan lemas dengan keringat dingin membasahi beberapa bagian tubuhnya.

*****
Gie terdiam, keterkejutan semakin menjadi. Setelah Kika sama sekali tidak mengenali dirinya bahkan malah menyerang dirinya, sekarang giliran sang Penasihat Kerajaan mengamuk tanpa ada sebab. Bocah laki-laki yang berada dekat Alcyon itu pasti tidak akan sanggup bertahan melawan petinggi kerajaan itu pikirnya. 

Ingin sekali dia menolong bocah itu tapi urusan dengan anaknya dan manusia kucing belum selesai. Gie tidak bisa menganggap remeh manusia kucing yang menggunakan sihir ledakan api di hadapannya ini. Meski sebagai seorang Fangs dia bisa dengan mudah sembuh dari luka tapi ledakan api si manusia kucing bukanlah api biasa. Instingnya mengatakan kalau itu sangat berbahaya.

Dilihatnya Alcyon bergerak melakukan serangan, bahkan matanya hampir tidak bisa mengikuti gerakan Alcyon yang melesat menuju bocah laki-laki. Beruntung sang bocah sudah bersiaga terlebih dahulu, beberapa tanaman aneh bersiaga sejak Alcyon menampakkan diri tadi. Meski tidak bisa menghentikan gerakan Alcyon tapi tanaman-tanaman itu cukup menghambat gerakan cepat Alcyon dengan bola-bola lendir hijau. 

Tidak ada satupun yang mengenai Alcyon, tapi Penasihat itu harus menghindar berkali-kali, memberikan kesempatan pada sang bocah untuk mundur dan memunculkan tanaman-tanaman yang tidak kalah anehnya.
Gie melesat mundur saat secara tiba-tiba manusia kucing memanfaatkan dirinya yang sedang mengawasi pertarungan Alcyon dan sang bocah. Hampir saja ledakan api itu mendarat di kakinya jika dia tidak segera melesat ke udara. 

Manusia kucing melompat sambil melemparkan beberapa ledakan api. Gie tidak bisa menghindar, tidak ada pijakan untuk menghindar. Dengan terpaksa dia menyiapkan diri untuk menahan tiga ledakan api dari manusia kucing. 

Benar apa kata instingnya, Gie merasakan panas yang menyakitkan. Tidak pernah dia merasakan panas seperti itu sebelumnya. Tubuhnya perlahan melesat jatuh, berdebam ke tanah dengan bagian punggung menghantam terlebih dahulu.

Belum sempat dia membenahi diri, sebuah serangan kembali datang. Kali ini bukan ledakan api melainkan serangan tangan kosong. Melesat dengan insting saja, dia menatap ke arah sang penyerang. Kika, dengan kuda-kuda yang kuat menatap matanya dengan tatapan mata yang dingin dan kosong. 

Tidak habis pikir Gie, siapa yang berani mengendalikan anaknya. Padahal dia sudah memberikan mantra di tubuh Kika yang akan bekerja secara otomatis jika ada yang menyerang anaknya itu. Satu-satunya yang bisa mematikan mantra itu hanya dia, dan juga …

“Smith!” gumam Gie mengingat hanya dia dan suaminya itu yang bisa mematikan segel di tubuh Kika.

*****
Irene hanya bisa menatap saat sang Koki mulai memantrai dirinya. Tubuhnya sekarang melayang tegak tepat di atas kuali besar yang berisi cairan dengan bermacam tumbuhan yang tidak jelas terlihat. Panas dari cairan mendidih itu cukup membuat dirinya basah oleh keringat dan uap.

Sepertinya sang Koki sudah siap untuk memasak dirinya, Irene memejamkan mata dan menelan ludah. Seorang Ratu dari kerajaan sebelah harus tewas di tangan pemakan manusia. 

Perlahan sang Koki mengangkat kedua tangan dan Irene merasakan tubuhnya perlahan semakin mendekat ke arah kuali. Ujung sepatunya bahkan sudah menyentuh cairan yang menggelegak itu. Sebuah suara dentuman tiba-tiba terdengar, dan sesosok tubuh memeluknya dengan erat. Suara kuali pecah terdengar di kejauhan.

Irene membuka matanya, seorang pemuda memakai jubah dan tudung kepala sedang menggendongnya dan melesat dengan lincah dari pohon ke pohon. Dia mendengar suara makian dari sang Koki yang terdengar semakin pelan, tanda mereka semakin menjauh dari Koki pemakan manusia itu.

Aneh, Irene merasa dia mengenal pemuda itu tapi seberapa kerasnya dia berpikir, otaknya tidak mampu menemukan sekecil apapun tentang kenangan si pemuda. Tidak mungkin kalau dia hanya pernah berpapasan dengan si pemuda, karena perasaannya mengatakan tidak seperti itu. Hatinya mengatakan dia mengenal pemuda itu.

Di sebuah tempat yang lapang di dekat sebuah jalan setapak, pemuda itu menurunkan dirinya. Irene didudukkan bersender pada sebuah pohon besar. Sedikit cahaya terang memperjelas wajah sang pemuda. Dari balik tudung kepala, dia bisa melihat rambut merah sang pemuda. Semacam rajah menghias bagian kiri wajah pemuda, dekat dengan mata.

Tangan pemuda itu bergerak ke arah keningnya. Irene masih tidak bisa bergerak akibat sihir sang Koki. Setelah menempelkan tangan di keningnya, dia merasakan perlahan tubuhnya semakin lemas bagaikan terbebas dari himpitan kuat.

“Kamu, tidak apa-apa Faye Irene?” suara dingin dan tenang pemuda itu terdengar.

Irene mengernyitkan dahi, ternyata pemuda itu mengenal dia. Berarti mereka memang saling mengenal. Namun entah kenapa dia sama sekali tidak bisa mengingatnya. Mulutnya belum bisa berucap, dia hanya bisa menggeleng pelan.

“Bagaimana dengan Riesling, anak angkat ki- eh maksudku anak angkatmu?” tanya pemuda itu lagi.

Pemuda itu menatapnya dalam.

“Aku sudah melepaskan mantra sihir pengikat tapi mungkin butuh beberapa waktu sampai tubuhmu bisa bergerak seperti biasa.” ujar pemuda itu lagi

Gelap malam dan angin yang berhembus semakin menambah rasa kantuk karena pengaruh sihir dari si pemuda. Akhirnya Irene membiarkan dirinya terlelap saat sang pemuda membuat sebuah api unggun kecil dan berjaga di dekatnya.

*****
Tsurai melemparkan beberapa peledak buah mangga ke arah Alcyon. Pertarungan ini dia akui berat sebelah namun dia tidak gentar untuk berhadapan dengan si penasihat kejam. Matanya sesekali melirik Kika yang sedang bertarung tanpa arah dengan perempuan pucat dan manusia kucing.

Sambil menghindar, Tsurai memikirkan rencana agar pertarungan Alcyon beralih ke perempuan pucat dan manusia kucing sehingga dia bisa menyelamatkan Kika yang bertarung dengan tangan kosong.

Belum sempat Tsurai menjalankan rencananya, sebuah ledakan besar terjadi. Menghempaskan dia dan semua yang ada di sana. Beruntung dia sempat merapal mantra sehingga semak-semak yang berada di dekatnya menangkap dirinya sebelum terlempar lebih jauh.

Dentuman keras dan getaran hebat dirasakan Tsurai. Setelah dia bsia berdiri tegak di tanah, dia memperhatikan benda besar yang perlahan terlihat dari balik kepulan asap dan debu. Benda yang besarnya hampir sama dengan kedai minum terbesar di kerajaan ini. 

Asap dan debu menipis, benda itu terbuat dari bahan logam. Kotak dan memanjang seperti tumpukan kayu-kayu balok, sementara di sisinya terdapat tiga pasang kaki besar. Sepasang benda seperti sayap menjulang tegak.

“Dragonfly.” desis Tsurai. Dan hanya satu orang yang bisa mengendalikan mesin perang paling hebat kerajaan ini, Big Boss A.

*****

0 comments:

Post a Comment