Tsurai mengerjapkan matanya beberapa kali, pandangannya
masih kabur setelah memulihkan diri di dalam jantung hijau. Badannya sedikit terasa kaku namun tenaga sudah
pulih, cedera di tubuhnya hilang tak berbekas.
Begitu terbiasa dengan keadaan sekitar, di gelap malam yang
hanya berhiaskan cahaya bulan setengah Tsurai mendengar suara pertarungan tidak
jauh dari Taman Seribu Kucing. Entah kenapa dia merasa harus berada di sana,
hatinya memaksa dia untuk ikut bertarung.
Berlari menerobos semak-semak, Tsurai mendapati di
hadapannya tiga sosok sedang bertarung satu . Dua perempuan dan satu makhluk
jadian, setengah manusia setengah kucing. Dia mengenali salah satunya,
perempuan kecil yang bernama Kika.
Tsurai berdiam sejenak, mengamati jalannya pertarungan.
Manusia kucing dengan jelas bertarung dengan kedua perempuan, Kika juga
bertarung dengan kedua lawannya. Yang berbeda, hanya sang perempuan yang hanya
menyerang si manusia kucing tapi menghindar dengan keras dari serangan Kika.
Tidak ada satu seranganpun yang dilancarkan perempuan pucat itu kepada Kika.
Akhirnya Tsurai memutuskan untuk membawa Kika menjauh dari
pertarungan dan membiarkan si perempuan pucat dan manusia kucing saling
bertarung. Namun baru saja kakinya mengambil ancang-ancang untuk melesat,
sebuah desakan angin membuatnya merinding. Beruntung dia sempat melesat ke
samping saat sebilah katanya panjang menebas tanah tempat dia berdiri
sebelumnya.
Tsurai melirik pertarungan Kika dan yang lain, terhenti
karena mendengar suara gelegar yang hebat. Sesosok laki-laki berambut panjang
berdiri penuh kekuatan. Menatap tajam ke arah dirinya, dia mengenali pemuda
laki-laki itu. Alcyon sang Penasihat.
Ada yang berbeda dengan pandangan mata Alcyon, Tsurai memang
tidak mengenal orang itu secara dekat tapi tatapan mata itu bukan tatapan mata
sang Penasihat Kerajaan. Itu tatapan mata setan yang haus akan darah. Tubuhnya
perlahan lemas dengan keringat dingin membasahi beberapa bagian tubuhnya.
*****
Gie terdiam, keterkejutan semakin menjadi. Setelah Kika sama
sekali tidak mengenali dirinya bahkan malah menyerang dirinya, sekarang giliran
sang Penasihat Kerajaan mengamuk tanpa ada sebab. Bocah laki-laki yang berada
dekat Alcyon itu pasti tidak akan sanggup bertahan melawan petinggi kerajaan
itu pikirnya.
Ingin sekali dia menolong bocah itu tapi urusan dengan
anaknya dan manusia kucing belum selesai. Gie tidak bisa menganggap remeh
manusia kucing yang menggunakan sihir ledakan api di hadapannya ini. Meski
sebagai seorang Fangs dia bisa dengan mudah sembuh dari luka tapi ledakan api
si manusia kucing bukanlah api biasa. Instingnya mengatakan kalau itu sangat
berbahaya.
Dilihatnya Alcyon bergerak melakukan serangan, bahkan
matanya hampir tidak bisa mengikuti gerakan Alcyon yang melesat menuju bocah
laki-laki. Beruntung sang bocah sudah bersiaga terlebih dahulu, beberapa
tanaman aneh bersiaga sejak Alcyon menampakkan diri tadi. Meski tidak bisa
menghentikan gerakan Alcyon tapi tanaman-tanaman itu cukup menghambat gerakan
cepat Alcyon dengan bola-bola lendir hijau.
Tidak ada satupun yang mengenai Alcyon, tapi Penasihat itu
harus menghindar berkali-kali, memberikan kesempatan pada sang bocah untuk
mundur dan memunculkan tanaman-tanaman yang tidak kalah anehnya.
Gie melesat mundur saat secara tiba-tiba manusia kucing
memanfaatkan dirinya yang sedang mengawasi pertarungan Alcyon dan sang bocah.
Hampir saja ledakan api itu mendarat di kakinya jika dia tidak segera melesat
ke udara.
Manusia kucing melompat sambil melemparkan beberapa ledakan
api. Gie tidak bisa menghindar, tidak ada pijakan untuk menghindar. Dengan
terpaksa dia menyiapkan diri untuk menahan tiga ledakan api dari manusia
kucing.
Benar apa kata instingnya, Gie merasakan panas yang
menyakitkan. Tidak pernah dia merasakan panas seperti itu sebelumnya. Tubuhnya
perlahan melesat jatuh, berdebam ke tanah dengan bagian punggung menghantam
terlebih dahulu.
Belum sempat dia membenahi diri, sebuah serangan kembali
datang. Kali ini bukan ledakan api melainkan serangan tangan kosong. Melesat
dengan insting saja, dia menatap ke arah sang penyerang. Kika, dengan kuda-kuda
yang kuat menatap matanya dengan tatapan mata yang dingin dan kosong.
Tidak habis pikir Gie, siapa yang berani mengendalikan
anaknya. Padahal dia sudah memberikan mantra di tubuh Kika yang akan bekerja
secara otomatis jika ada yang menyerang anaknya itu. Satu-satunya yang bisa
mematikan mantra itu hanya dia, dan juga …
“Smith!” gumam Gie mengingat hanya dia dan suaminya itu yang
bisa mematikan segel di tubuh Kika.
*****
Irene hanya bisa menatap saat sang Koki mulai memantrai
dirinya. Tubuhnya sekarang melayang tegak tepat di atas kuali besar yang berisi
cairan dengan bermacam tumbuhan yang tidak jelas terlihat. Panas dari cairan
mendidih itu cukup membuat dirinya basah oleh keringat dan uap.
Sepertinya sang Koki sudah siap untuk memasak dirinya, Irene
memejamkan mata dan menelan ludah. Seorang Ratu dari kerajaan sebelah harus
tewas di tangan pemakan manusia.
Perlahan sang Koki mengangkat kedua tangan dan Irene
merasakan tubuhnya perlahan semakin mendekat ke arah kuali. Ujung sepatunya bahkan
sudah menyentuh cairan yang menggelegak itu. Sebuah suara dentuman tiba-tiba
terdengar, dan sesosok tubuh memeluknya dengan erat. Suara kuali pecah
terdengar di kejauhan.
Irene membuka matanya, seorang pemuda memakai jubah dan
tudung kepala sedang menggendongnya dan melesat dengan lincah dari pohon ke
pohon. Dia mendengar suara makian dari sang Koki yang terdengar semakin pelan,
tanda mereka semakin menjauh dari Koki pemakan manusia itu.
Aneh, Irene merasa dia mengenal pemuda itu tapi seberapa
kerasnya dia berpikir, otaknya tidak mampu menemukan sekecil apapun tentang
kenangan si pemuda. Tidak mungkin kalau dia hanya pernah berpapasan dengan si
pemuda, karena perasaannya mengatakan tidak seperti itu. Hatinya mengatakan dia
mengenal pemuda itu.
Di sebuah tempat yang lapang di dekat sebuah jalan setapak,
pemuda itu menurunkan dirinya. Irene didudukkan bersender pada sebuah pohon
besar. Sedikit cahaya terang memperjelas wajah sang pemuda. Dari balik tudung
kepala, dia bisa melihat rambut merah sang pemuda. Semacam rajah menghias
bagian kiri wajah pemuda, dekat dengan mata.
Tangan pemuda itu bergerak ke arah keningnya. Irene masih
tidak bisa bergerak akibat sihir sang Koki. Setelah menempelkan tangan di
keningnya, dia merasakan perlahan tubuhnya semakin lemas bagaikan terbebas dari
himpitan kuat.
“Kamu, tidak apa-apa Faye Irene?” suara dingin dan tenang
pemuda itu terdengar.
Irene mengernyitkan dahi, ternyata pemuda itu mengenal dia.
Berarti mereka memang saling mengenal. Namun entah kenapa dia sama sekali tidak
bisa mengingatnya. Mulutnya belum bisa berucap, dia hanya bisa menggeleng
pelan.
“Bagaimana dengan Riesling, anak angkat ki- eh maksudku anak
angkatmu?” tanya pemuda itu lagi.
Pemuda itu menatapnya dalam.
“Aku sudah melepaskan mantra sihir pengikat tapi mungkin
butuh beberapa waktu sampai tubuhmu bisa bergerak seperti biasa.” ujar pemuda
itu lagi
Gelap malam dan angin yang berhembus semakin menambah rasa
kantuk karena pengaruh sihir dari si pemuda. Akhirnya Irene membiarkan dirinya
terlelap saat sang pemuda membuat sebuah api unggun kecil dan berjaga di
dekatnya.
*****
Tsurai melemparkan beberapa peledak buah mangga ke arah
Alcyon. Pertarungan ini dia akui berat sebelah namun dia tidak gentar untuk
berhadapan dengan si penasihat kejam. Matanya sesekali melirik Kika yang sedang
bertarung tanpa arah dengan perempuan pucat dan manusia kucing.
Sambil menghindar, Tsurai memikirkan rencana agar
pertarungan Alcyon beralih ke perempuan pucat dan manusia kucing sehingga dia
bisa menyelamatkan Kika yang bertarung dengan tangan kosong.
Belum sempat Tsurai menjalankan rencananya, sebuah ledakan
besar terjadi. Menghempaskan dia dan semua yang ada di sana. Beruntung dia
sempat merapal mantra sehingga semak-semak yang berada di dekatnya menangkap
dirinya sebelum terlempar lebih jauh.
Dentuman keras dan getaran hebat dirasakan Tsurai. Setelah
dia bsia berdiri tegak di tanah, dia memperhatikan benda besar yang perlahan
terlihat dari balik kepulan asap dan debu. Benda yang besarnya hampir sama
dengan kedai minum terbesar di kerajaan ini.
Asap dan debu menipis, benda itu terbuat dari bahan logam.
Kotak dan memanjang seperti tumpukan kayu-kayu balok, sementara di sisinya
terdapat tiga pasang kaki besar. Sepasang benda seperti sayap menjulang tegak.
“Dragonfly.” desis Tsurai. Dan hanya satu orang yang bisa
mengendalikan mesin perang paling hebat kerajaan ini, Big Boss A.
*****
0 comments:
Post a Comment