BR - Act 5


Alcyon menatap Anastasia yang sedang menangis dipelukan Choi, hatinya terasa terluka teramat dalam. Dia berlalu meninggalkan hutan pinus, sia-sia saja dia mengikuti sang Ratu karena khawatir ada yang menyerang wanita pujaannya itu. Hampir saja dia menghajar Makkie karena berani melukai sang Titania, namun adegan tadi membuat dia semakin sadar diri. Chie tidak akan bisa menjadi miliknya.

Melangkahkan kaki tak tentu arah, Alcyon tidak merasa yakin akan dirinya lagi. Dia merasa hampa, semua usahanya agar bisa dekat dengan sang Ratu menjadi sia-sia. Jabatan sebagai penasehat tidak cukup kuat, sering bertemu dengan sang Ratu pun tidak cukup kuat untuk meluluhkan hati sang Ratu.

Kesedihan ini menyiksa dia, Alcyon ingin marah. Ingin meluapkan segala emosi ini tapi kepada siapa. Tidak ada yang bisa disalahkan menyangkut masalah perasaan. Ah, tidak. Ada satu orang yang bisa disalahkan. Si bedebah Choi itu pikirnya. Ya, orang itu harus dia lenyapkan dengan begitu dia bisa mendapatkan sang Ratu dan dia bisa menjadi sang Raja.

Alcyon berhenti sejenak, 

“Kalau aku bisa menjadi Raja, aku tidak hanya akan mendapatkan Ratu tapi juga semuanya. Ya, daripada aku membunuh si Choi lebih baik aku menantang Ratu untuk berduel. Dengan begitu dia akan mengakui kekuatanku, dan mau menerimaku menjadi pengawal pribadi untuk selamanya.” gumam Alcyon. 

Mengepalkan tangan, Alcyon memutuskan untuk mengikuti Battle Royale. Salah satu tangannya mengambil gelang perak yang dia sembunyikan di dalam pakaian. Niatnya untuk tidak mengikuti Battle Royale sekarang berubah, dia sudah punya keinginan untuk mengikuti pertarungan ini.

Tujuannya hanya satu, demi seorang Anastasia Chie.  Dan gelang perak itupun dia pasangkan di lengan kirinya.

Alcyon berlari cepat, kembali menuju kamarnya di kastil. Sudah lama dia tidak memakai zirah perangnya, begitu juga dengan katana panjangnya. Beruntung dia tidak memberikannya kepada orang lain sejak menjadi seorang penasehat. Akhirnya waktu untuk menggunakannya lagi telah tiba.

Sedikit tergelincir saat berbelok di lorong-lorong istana, Alcyon tidak peduli. Pikirannya secepatnya ingin memakai kembali pakaian dan menggenggam pedang tuanya.

“Apa itu?!” kata Aclyon begitu mendengar suara bergemuruh dari lantai yang dia pijak.

Tiba-tiba saja lantai yang dia pijak bergetar hebat dan meledak, Alcyon melompat berputar ke belakang. Setelah mendarat dengan selamat, dia mengamati lubang besar yang tercipta akibat sebuah ledakan dari bawah lantai.

“Lama tidak berjumpa, Tuan Verrel!” sebuah suara menggema dari bawah. 

Sesosok makhluk muncul, wujudnya tidak terlihat jelas. Alcyon mengernyitkan dahi, saat terang cahaya dari obor di dinding kastil dia bisa melihat makhluk itu.

“Ka-kau …” Alcyon tersentak, “Kau siapa?” dengan polos dia bertanya karena dia tidak mengenali siapa orang itu.

“Hahaha, baru sepuluh purnama kita tidak bertemu dan kamu telah melupakan aku?” sosok itu berkata dengan nada sedikit kesal.

Alcyon menatap sosok itu lebih lekat, dia benar-benar tidak mengetahui siapa makhluk di hadapannya itu. Sedikit jangkung, sepasang tangan terjuntai. Bagian mulut dan wajah lebih maju dari orang kebanyakan, dan tubuhnya diselimuti bulu berwarna abu-abu agak kebiruan.

“Kamu bukan manusia?” tanya Aclyon lagi.

“Cih, memang aku tidak pernah muncul dengan tubuh seperti ini. Mungkin karena itu kamu tidak mengenaliku. Tidak penting, sekarang mari kita bertarung, Tuan Verrel!” kata sosok itu sambil memamerkan gelang perak di tangan kanannya.

“Sial!” umpat Alcyon. Dia tidak berpikir akan diserang sebelum mengambil pedang dan zirah perangnya.
Tidak mau menunggu, sosok bukan manusia itu menyerangnya. Tidak memakai senjata ataupun sihir, hanya dengan tangan kosong. Bukan, bukan tangan kosong tapi cakar Alcyon bisa melihat dengan jelas. Dan terbukti dengan beberapa bagian baju dan celananya tercabik.

Alcyon menghindar, dia tidak ahli dalam pertarungan tangan kosong, dan butuh waktu lama untuk merapal sihir esnya. Dia hanya bisa mengimbangi serangan ini, lagipula tangan mereka sama-sama dua. Dia bisa menghindar atau menangkis tapi sebuah pukulan telak membuyarkan pikirannya.

“Bagaimana mungkin?” Aku sudah menangkis dan menghindar dari jangkauan tanganmu? Sihir apa yang kamu gunakan hai cecunguk?!” geram Alcyon.

“Sihir?” sosok itu tertawa terkekeh. Dia melanjutkan sambil berjalan menyamping, “Aku tidak menggunakan sihir saat bertarung denganmu, Tuan Verrel.”

Sosok itu berkelebat dan melayangkan sesuatu dengan cepat, Alcyon yakin itulah benda yang mengenai dirinya tadi. Dengan satu gerakan cepat, dia berusaha menangkap benda itu. Berhasil, dia berhasil memegang benda yang ternyata adalah-

“Ekor?” kata Alcyon sambil menatap benda itu. Dia segera menatap lawannya, itu memang benar ekor, dan dia baru saja sadar kalau sosok itu merupakan separuh manusia dan separuh TIKUS!

“Stezsen?” tanya Alcyon tidak percaya. Assassin pribadi sang Ratu mengubah dirinya menjadi makhluk seperti ini.

Alcyon mengeratkan genggamannya, Stezsen bukanlah lawan yang bisa dianggap remeh. Dengan kekuatan penuh dia memutarkan ekor itu hingga Stezsen menghantam dinding hingga jebol. Lawannya terlempar ke ruangan di sebelah dinding, dia memanfaatkan saat itu untuk bergegas ke kamarnya.

Berlari lebih cepat dari sebelumnya, Alcyon sesekali menoleh ke belakang. Belum terlihat ada tanda-tanda Stezsen mengejarnya. Dia berbelok ke kiri, tinggal satu kali belokan lagi dan dia akan sampai di kamarnya.

Alcyon terpental begitu dinding disampingnya meledak, bebatuan keras dengan telak menghantam tubuhnya. Rupanya Stezsen mengejar dari ruangan di balik dinding. Pintar sekali pikirnya sambil memegang dadanya yang terasa sakit. Ditatapnya Stezsen yang berjalan perlahan keluar dari lubang besar di dinding yang meledak tadi. Tangannya bersiap untuk merapal sihir es.

*****

“Hanya beginikah kemampuanmu, Tuan Verrel?” ucap Stezsen sambil menggelengkan kepalanya. Dia melanjutkan, “Salah rupanya aku dulu merekomendasikan dirimu sebagai penasehat istana.”

Stezsen menatap orang yang sering berkata lantang itu tapi ternyata dia tidak sehebat kata-katanya. Tersenyum masam dia menatap Alcyon yang memaksakan diri untuk membalas serangannya.

“Cih, jangan banyak omong kau Stez!” teriak Alcyon menerjang Stezsen dengan sebuah kerucut es di tangan kanannya.

Stezsen menghindar ke samping, membiarkan Alcyon jatuh terjerembap ke depan karena tersandung bebatuan. Tanpa memberi kesempatan, dia menyerang Alcyon yang terjatuh tengkurap. Sebuah tusukan dia hunuskan tepat ke jantung dari punggung lawannya.

Stezsen tersenyum saat mendapati Alcyon tidak bergerak lagi. Bahkan nafasnya tidak lagi dia dengar. Namun saat akan menarik lengannya, Stezsen baru menyadari kesalahannya. Tangannya membeku, dan mayat Alcyon berubah menjadi es padat.

“Sihir pengganti tubuh rupanya.” kata Stezsen saat menyadari bahwa Alcyon sudah menipunya dengan membuat kloning tubuh es. Dengan segera dia menarik tangannya yang membeku sebagian, dan secepatnya memutuskan lengan itu dengan kuku tajam lengan yang satunya. Dia terpaksa melakukan daripada es itu menjalar ke seluruh tubuhnya seperti racun.

*****

Riesling mengendap, dia sudah memasuki bagian kastil. Dia menemukan salah satu pintu yang sedikit terbuka, tanpa menunggu lama dia menyelinap masuk. 

“Perpustakaan.” gumam Riesling sambil mengamati ruang yang dipenuhi dengan rak-rak yang juga dipenuhi dengan buku-buku.

“Siapa kamu?” sebuah suara mengejutkan Riesling. Dia berpaling untuk mencari pemilik suara itu.

Dilihatnya orang itu sedang berada di lantai atas perpustakaan, Riesling menajamkan matanya. Seorang wanita yang mungkin seumuran dengan sang Faye. Anehnya wanita itu tidak menoleh sedikitpun kepadanya. 

Orang itu berbicara sambil melukis sesuatu di sebuah kanvas besar. Riesling melihat di sekitar sang wanita itu banyak lukisan dikanvas-kanvas besar. 

“Aku tanya lagi, siapa kamu?” wanita itu berucap lagi.

Riesling tidak menjawab, dia tidak mau membocorkan kalau dia adalah panglima perang dari kerajaan tetangga. Orang-orang pasti akan salah sangka. Dia memilih untuk melesat pergi. Baru dua langkah dia bergerak, tiba-tiba perempuan itu berteriak dan menyerangnya. Bukan dengan senjata atau apa tapi dengan makhluk-makhluk yang bermunculan dari lukisan yang dia buat. Sihir yang sama dengan dirinya, bedanya makhluk-makhluk itu jauh lebih buas dari makhluk-makhluk yang dia gambar.

#####

0 comments:

Post a Comment