Alcyon
menatap Anastasia yang sedang menangis dipelukan Choi, hatinya terasa terluka
teramat dalam. Dia berlalu meninggalkan hutan pinus, sia-sia saja dia mengikuti
sang Ratu karena khawatir ada yang menyerang wanita pujaannya itu. Hampir saja
dia menghajar Makkie karena berani melukai sang Titania, namun adegan tadi
membuat dia semakin sadar diri. Chie tidak akan bisa menjadi miliknya.
Melangkahkan
kaki tak tentu arah, Alcyon tidak merasa yakin akan dirinya lagi. Dia merasa
hampa, semua usahanya agar bisa dekat dengan sang Ratu menjadi sia-sia. Jabatan
sebagai penasehat tidak cukup kuat, sering bertemu dengan sang Ratu pun tidak
cukup kuat untuk meluluhkan hati sang Ratu.
Kesedihan
ini menyiksa dia, Alcyon ingin marah. Ingin meluapkan segala emosi ini tapi
kepada siapa. Tidak ada yang bisa disalahkan menyangkut masalah perasaan. Ah,
tidak. Ada satu orang yang bisa disalahkan. Si bedebah Choi itu pikirnya. Ya,
orang itu harus dia lenyapkan dengan begitu dia bisa mendapatkan sang Ratu dan
dia bisa menjadi sang Raja.
Alcyon
berhenti sejenak,
“Kalau
aku bisa menjadi Raja, aku tidak hanya akan mendapatkan Ratu tapi juga
semuanya. Ya, daripada aku membunuh si Choi lebih baik aku menantang Ratu untuk
berduel. Dengan begitu dia akan mengakui kekuatanku, dan mau menerimaku menjadi
pengawal pribadi untuk selamanya.” gumam Alcyon.
Mengepalkan
tangan, Alcyon memutuskan untuk mengikuti Battle Royale. Salah satu tangannya
mengambil gelang perak yang dia sembunyikan di dalam pakaian. Niatnya untuk
tidak mengikuti Battle Royale sekarang berubah, dia sudah punya keinginan untuk
mengikuti pertarungan ini.
Tujuannya
hanya satu, demi seorang Anastasia Chie.
Dan gelang perak itupun dia pasangkan di lengan kirinya.
Alcyon
berlari cepat, kembali menuju kamarnya di kastil. Sudah lama dia tidak memakai zirah
perangnya, begitu juga dengan katana panjangnya. Beruntung dia tidak
memberikannya kepada orang lain sejak menjadi seorang penasehat. Akhirnya waktu
untuk menggunakannya lagi telah tiba.
Sedikit
tergelincir saat berbelok di lorong-lorong istana, Alcyon tidak peduli. Pikirannya
secepatnya ingin memakai kembali pakaian dan menggenggam pedang tuanya.
“Apa
itu?!” kata Aclyon begitu mendengar suara bergemuruh dari lantai yang dia
pijak.
Tiba-tiba
saja lantai yang dia pijak bergetar hebat dan meledak, Alcyon melompat berputar
ke belakang. Setelah mendarat dengan selamat, dia mengamati lubang besar yang
tercipta akibat sebuah ledakan dari bawah lantai.
“Lama
tidak berjumpa, Tuan Verrel!” sebuah suara menggema dari bawah.
Sesosok
makhluk muncul, wujudnya tidak terlihat jelas. Alcyon mengernyitkan dahi, saat
terang cahaya dari obor di dinding kastil dia bisa melihat makhluk itu.
“Ka-kau
…” Alcyon tersentak, “Kau siapa?” dengan polos dia bertanya karena dia tidak
mengenali siapa orang itu.
“Hahaha,
baru sepuluh purnama kita tidak bertemu dan kamu telah melupakan aku?” sosok
itu berkata dengan nada sedikit kesal.
Alcyon
menatap sosok itu lebih lekat, dia benar-benar tidak mengetahui siapa makhluk
di hadapannya itu. Sedikit jangkung, sepasang tangan terjuntai. Bagian mulut
dan wajah lebih maju dari orang kebanyakan, dan tubuhnya diselimuti bulu
berwarna abu-abu agak kebiruan.
“Kamu
bukan manusia?” tanya Aclyon lagi.
“Cih,
memang aku tidak pernah muncul dengan tubuh seperti ini. Mungkin karena itu
kamu tidak mengenaliku. Tidak penting, sekarang mari kita bertarung, Tuan
Verrel!” kata sosok itu sambil memamerkan gelang perak di tangan kanannya.
“Sial!”
umpat Alcyon. Dia tidak berpikir akan diserang sebelum mengambil pedang dan zirah
perangnya.
Tidak
mau menunggu, sosok bukan manusia itu menyerangnya. Tidak memakai senjata
ataupun sihir, hanya dengan tangan kosong. Bukan, bukan tangan kosong tapi
cakar Alcyon bisa melihat dengan jelas. Dan terbukti dengan beberapa bagian
baju dan celananya tercabik.
Alcyon
menghindar, dia tidak ahli dalam pertarungan tangan kosong, dan butuh waktu
lama untuk merapal sihir esnya. Dia hanya bisa mengimbangi serangan ini,
lagipula tangan mereka sama-sama dua. Dia bisa menghindar atau menangkis tapi
sebuah pukulan telak membuyarkan pikirannya.
“Bagaimana
mungkin?” Aku sudah menangkis dan menghindar dari jangkauan tanganmu? Sihir apa
yang kamu gunakan hai cecunguk?!” geram Alcyon.
“Sihir?”
sosok itu tertawa terkekeh. Dia melanjutkan sambil berjalan menyamping, “Aku tidak
menggunakan sihir saat bertarung denganmu, Tuan Verrel.”
Sosok
itu berkelebat dan melayangkan sesuatu dengan cepat, Alcyon yakin itulah benda
yang mengenai dirinya tadi. Dengan satu gerakan cepat, dia berusaha menangkap
benda itu. Berhasil, dia berhasil memegang benda yang ternyata adalah-
“Ekor?”
kata Alcyon sambil menatap benda itu. Dia segera menatap lawannya, itu memang
benar ekor, dan dia baru saja sadar kalau sosok itu merupakan separuh manusia
dan separuh TIKUS!
“Stezsen?”
tanya Alcyon tidak percaya. Assassin pribadi sang Ratu mengubah dirinya menjadi
makhluk seperti ini.
Alcyon
mengeratkan genggamannya, Stezsen bukanlah lawan yang bisa dianggap remeh.
Dengan kekuatan penuh dia memutarkan ekor itu hingga Stezsen menghantam dinding
hingga jebol. Lawannya terlempar ke ruangan di sebelah dinding, dia
memanfaatkan saat itu untuk bergegas ke kamarnya.
Berlari
lebih cepat dari sebelumnya, Alcyon sesekali menoleh ke belakang. Belum
terlihat ada tanda-tanda Stezsen mengejarnya. Dia berbelok ke kiri, tinggal
satu kali belokan lagi dan dia akan sampai di kamarnya.
Alcyon
terpental begitu dinding disampingnya meledak, bebatuan keras dengan telak
menghantam tubuhnya. Rupanya Stezsen mengejar dari ruangan di balik dinding.
Pintar sekali pikirnya sambil memegang dadanya yang terasa sakit. Ditatapnya
Stezsen yang berjalan perlahan keluar dari lubang besar di dinding yang meledak
tadi. Tangannya bersiap untuk merapal sihir es.
*****
“Hanya
beginikah kemampuanmu, Tuan Verrel?” ucap Stezsen sambil menggelengkan kepalanya.
Dia melanjutkan, “Salah rupanya aku dulu merekomendasikan dirimu sebagai
penasehat istana.”
Stezsen
menatap orang yang sering berkata lantang itu tapi ternyata dia tidak sehebat
kata-katanya. Tersenyum masam dia menatap Alcyon yang memaksakan diri untuk
membalas serangannya.
“Cih,
jangan banyak omong kau Stez!” teriak Alcyon menerjang Stezsen dengan sebuah
kerucut es di tangan kanannya.
Stezsen
menghindar ke samping, membiarkan Alcyon jatuh terjerembap ke depan karena
tersandung bebatuan. Tanpa memberi kesempatan, dia menyerang Alcyon yang
terjatuh tengkurap. Sebuah tusukan dia hunuskan tepat ke jantung dari punggung
lawannya.
Stezsen
tersenyum saat mendapati Alcyon tidak bergerak lagi. Bahkan nafasnya tidak lagi
dia dengar. Namun saat akan menarik lengannya, Stezsen baru menyadari
kesalahannya. Tangannya membeku, dan mayat Alcyon berubah menjadi es padat.
“Sihir
pengganti tubuh rupanya.” kata Stezsen saat menyadari bahwa Alcyon sudah
menipunya dengan membuat kloning tubuh es. Dengan segera dia menarik tangannya
yang membeku sebagian, dan secepatnya memutuskan lengan itu dengan kuku tajam
lengan yang satunya. Dia terpaksa melakukan daripada es itu menjalar ke seluruh
tubuhnya seperti racun.
*****
Riesling
mengendap, dia sudah memasuki bagian kastil. Dia menemukan salah satu pintu yang
sedikit terbuka, tanpa menunggu lama dia menyelinap masuk.
“Perpustakaan.”
gumam Riesling sambil mengamati ruang yang dipenuhi dengan rak-rak yang juga
dipenuhi dengan buku-buku.
“Siapa
kamu?” sebuah suara mengejutkan Riesling. Dia berpaling untuk mencari pemilik
suara itu.
Dilihatnya
orang itu sedang berada di lantai atas perpustakaan, Riesling menajamkan
matanya. Seorang wanita yang mungkin seumuran dengan sang Faye. Anehnya wanita
itu tidak menoleh sedikitpun kepadanya.
Orang
itu berbicara sambil melukis sesuatu di sebuah kanvas besar. Riesling melihat
di sekitar sang wanita itu banyak lukisan dikanvas-kanvas besar.
“Aku
tanya lagi, siapa kamu?” wanita itu berucap lagi.
Riesling
tidak menjawab, dia tidak mau membocorkan kalau dia adalah panglima perang dari
kerajaan tetangga. Orang-orang pasti akan salah sangka. Dia memilih untuk
melesat pergi. Baru dua langkah dia bergerak, tiba-tiba perempuan itu berteriak
dan menyerangnya. Bukan dengan senjata atau apa tapi dengan makhluk-makhluk
yang bermunculan dari lukisan yang dia buat. Sihir yang sama dengan dirinya,
bedanya makhluk-makhluk itu jauh lebih buas dari makhluk-makhluk yang dia
gambar.
#####
0 comments:
Post a Comment