Tsurai
memegang dadanya, serangan dari Andravus mengenai dirinya meski tidak secara
langsung. Beruntung dia sempat memunculkan sulur-sulur dari tanah di depannya
untuk melindungi, meski tidak sepenuhnya berhasil membendung serangan dari
Andravus. Dilihatnya Smith menyerang Andravus yang ingin menyerang dia lagi,
pertempuran tiga arah ini sedikit membuat dia terbantu. Walau pada akhirnya dia
tetap akan dihajar kembali oleh salah satu dari mereka.
Tsurai
menatap gelang tanda peserta di tangan kirinya, dia sudah berusaha menutupi
gelang itu agar tidak diketahui kandidat lain. Namun secara sihir, gelang itu
akan bereaksi terhadap gelang lawan yang berada dalam jarak tertentu.
Suara
raungan terdengar, membuyarkan lamunan Tsurai. Dia menatap jauh ke samping
kirinya, Smith memanggil seekor makhluk buas dengan menggunakan sihir pemindah
ruangnya. Entah hewan apa itu dia tidak mengetahui dengan jelas, yang dia tahu
makhluk itu besarnya hampir lima kali orang dewasa, dan tidak memakan
tumbuh-tumbuhan karena semua giginya runcing dan tajam khas makhluk pemakan
daging.
“Uhuk
uhuk.” Tsurai terbatuk, sedikit darah muncrat. Pukulan tadi mulai terasa sangat
menyakitkan di dadanya.
Pikirannya
meragu, melarikan diri atau meneruskan pertarungan ini. Tsurai berdiam sambil
mengamati pertarungan satu lawan satu antara Smith dan Andravus. Lama akhirnya
dia memutuskan untuk bersembunyi dan memulihkan diri, tidak aka nada yang
menyebutnya pengecut pada pertarungan yang menghalalkan semua cara ini.
Dengan
sisa tenaga Tsurai membaca mantra sihir dan menempelkan kedua telapak tangannya
di permukaan tanah. Tidak sampai lima kedipan mata, tanah di sekitarnya
bergetar dan tunas-tunas hijau kecil muncul. Semakin tinggi dan berubah menjadi
batang-batang pohon kecil yang mengelilingi dirinya. Dan dengan cepat saling
melilit dan membungkus tubuhnya bagaikan sebuah cangkang telur.
Tsurai
tidak mengetahui lagi apa yang terjadi diluar sana, hanya gerakan kecil dari
tumbuhan ini yang dia rasakan. Bergerak turun masuk ke dalam tanah, sebuah
batang pohon menyeruak masuk ke tengah ruangan di dalam dan memunculkan bunga
yang berbentuk seperti bunga sedap malam, hanya saja bunga itu memancarkan
cahaya.
Satu
batang lagi menyeruak dan memunculkan bunga yang bentuknya hampir sama, hanya
saja bunga ini tidak memancarkan cahaya. Tsurai menarik pelan bunga itu,
perlahan agar tidak perlepas dari batangnya. Jika terlepas, maka hidupnya bisa
terancam, karena bunga itulah yang membuatnya bisa bernafas seperti biasa.
Begitu dia mendekatkan bunga pada hidung dan mulutnya, dengan cepat
kelopak-kelopak bunga menempel erat di bagian wajahnya sehingga dia tidak perlu
memegang bunga itu terus menerus.
Tidak
lama setelah itu, Tsurai merasakan tetesan-tetesan air berjatuhan dari
batang-batang pohon. Proses untuk menyembuhkan diri sudah dmulai, dia
memposisikan tubuhnya sedemikian rupa. Air semakin deras hingga memenuhi dalam
ruangan itu.
Tsurai
menutup matanya, dan membiarkan sari air dari pepohonan menyembuhkan dirinya
selama dia bersembunyi di dalam sihir pohon ini.
*****
“Cih,
hebat juga ternyata kamu Andravus.” Smith menggeram sambil mengerahkan kekuatan
untuk mengendalikan binatang buas yang entah apa namanya.
“Jangan
pernah meremehkan lawanmu, Tuan Smith!” balas Andravus dengan kernyitan di
dahi. Menandakan dia juga sama memaksakan dirinya untuk mengimbangi lawan.
Andravus
mengeratkan kepalan tangannya untuk semakin mengeratkan sulur-sulur tanaman
yang mengikat binatang milik Smith. Sementara sang pengendali berada jauh di
belakang sana, jauh dari jangkauan sihirnya.
“Baru
kali ini ada orang yang bisa menghentikan gerakan Zekiel.” teriak Smith dari
kejauhan.
“Mungkin
karena memang tidak ada yang pernah bertarung denganmu Tuan Smith!” jawab
Andravus sambil mencoba mencari cara agar Zekiel bisa tumbang atau dipulangkan
oleh pengendalinya.
Kekuatan,
dia memerlukan kekuatan lebih. Andravus melirik ke ikat pinggangnya. Isi dalam
kantung kecil berwarna coklat muda yang dia ikatkan di ikat pinggangnya adalah
sesuatu yang dia perlukan. Ya, Jangseng itu akan memberinya kekuatan lebih tapi
untuk meraihnya, dia harus melepaskan salah satu tangannya dari pengendalian
sulur.
Andravus
tidak bisa menunggu lama lagi, tangannya mulai terasa nyeri dan pegal. Dengan
satu gerakan, dia mencoba menjatuhkan Zekiel ke belakang. Seluruh kekuatannya
dia pertaruhkan, dan rencananya berhasil. Zekiel terjatuh ke belakang dengan
Smith yang tersentak mundur ke belakang seperti orang yang menarik tambang dengan
kuat kemudian putus dengan tiba-tiba.
Dengan
cepat Andravus mengambil kantung berisi jangseng penguat tenaga dan penambah
stamina, di dalamnya terdapat delapan-sembilan bola-bola yang seukuran bola
mata manusia. Berwarna coklat agak kehijauan, ramuan yang sudah dia racik
sendiri. Satu buah bola dengan cepat dia keluarkan dan memakannya tanpa
dikunyah.
Mundur
sedikit Andravus mengatur jarak dengan Zekiel yang berhasil berdiri, dia masih
memerlukan sedikit waktu lagi agar pil itu bekerja. Perlahan, dia merasakan
hawa hangat mengalir dari perutnya, menjalar ke bagian tubuh yang lain.
Tubuhnya merasa santai tapi sekaligus berapi-api, seperti ada luapan energi
yang bersiap untuk diledakan keluar.
Andravus
mengatur rencana, untuk menghentikan Zekiel berarti dia juga harus menghentikan
Smith. Permasalahannya adalah Smith selalu menjaga jarak dengan dia, kemampuan
untuk mengendalikan binatang buas dari kejauhan merupakan keuntungan bagi
Smith. Zekiel adalah pelindung bagi lawannya itu, sangat merepotkan untuk bisa
mendekati Smith. Akhirnya dia mencoba untuk memanfaatkan pepohonan yang berada
tidak jauh dari Smith berdiri.
Zekiel
melesat menuju dirinya, Andravus yang sudah kembali tenaganya dengan cepat
memanggil sulur-sulur dari dalam tanah. Berbeda dengan sebelumnya, sulur kali
ini sangatlah besar, diameternya hampir sebesar tubuh orang dewasa, dan
jumlahnya tepat sepuluh. Mantra yang tepat untuk melawan Zekiel.
Andravus
memainkan jemarinya sebagai pengendali sulur-sulur tersebut, sepuluh jari untuk
sepuluh sulur. Tidak butuh waktu lama baginya untuk mencengkeram Zekiel dengan
sulur-sulurnya. Sepuluh sulur itu tanpa ampun membungkus tubuh raksasa Zekiel.
Andravus
mengatupkan kedua tangannya, memerintahkan sulur-sulur untuk menekan Zekiel
lebih lagi. Dia merasakan Zekiel masih bisa melawan dari belitan
sulur-sulurnya. Dalam satu hentakan tangan, dia menambahkan kekuatan sihir pada
sulur-sulurnya. Ratusan duri-duri tajam seukuran pedang muncul dari badan
sepuluh sulur, menusuk Zekiel yang berada di dalam tanpa ampun. Dua kedipan
mata berlalu, dia tidak lagi merasakan adanya perlawanan dari Zekiel.
Perlahan
sulur-sulur melepasakan belitannya seiring dengan Andravus yang membuka tangan.
Tubuh Zekiel penuh dengan luka tusuk yang jumlahnya tidak terhitung. Namun
tidak cukup disitu, dia langsung menyerang Smith dengan menembakkan duri-duri
dari sepuluh sulur. Seiring dengan ratusan duri besar melesat menuju Smith, dia
juga menerjang mendekati Smith. sang Penjagal tidak boleh dibiarkan memanggil
kembali binatang buasnya.
Duri-duri
berhasil Smith hindari, Andravus tidak bisa mengendalikan arah duri-duri
tersebut. Tujuannya memang tidak untuk merobohkan Smith tapi untuk memojokkan
dia ke pepohonan yang ada di belakang lawannya itu.
Andravus
berhasil mengecoh Smith, pria bertubuh agak tambun itu menghindar ke arah
pepohonan. Dia segera membaca sihir, dan empat-lima kedipan mata kedua belah
tangannya mengeras seperti batang kayu dengan bagian jemari mengatup menjadi
satu dan berubah menjadi runcing, seperti ujung pasak. Tersenyum menyeringai
dia melihat Smith yang mengeryitkan dahi.
Kedua
tangan yang berubah menjadi batang runcing itu Andravus ayunkan, dan
masing-masing tiga batang kecil yang tajam di bagian ujungnya melesat ke arah
Smith dari sepasang tangan kayunya. Belum lagi serangan-serangan pasak kayu
tesebut mengenai lawan, dia langsung melemparkan kembali batang-batang tajam
itu sebanyak empat kali. Berusaha untuk membuat Smith kerepotan.
Begitu
Smith menghindar, Andravus melesat dan menyerang Smith dengan tangan kayunya seperti
sepasang pedang. Pada awalnya, sang lawan hanya menghindar namun saat dia
melancarkan serangan bertubi-tubi akhirnya Smith mengambil pedang jagal dari
balik punggungnya. Satu ayunan pedang dari Smith dia tangkis dengan bagian kayu
tangan kirinya.
Andravus
mencengkeram pedang penjagal dari Smith dengan memunculkan sulur-sulur dari
tangan kirinya. Pedang lawan terikat, kesempatan baginya untuk menusuk perut
bagian kiri tubuh Smith yang tidak terlindungi. Dan dalam satu kedipan mata,
tangan kanannya tepat menusuk perut Smith.
“Maafkan
saya Tuan Smith. Tapi saya membutuhkan lebih banyak kekuasaan untuk membiakkan
jangseng-jangseng saya. Jangan anggap ini masalah pribadi.” seringai Andravus.
Dilihatnya
Smith hanya tersenyum dengan mulut mengeluarkan darah.
“Tidak
Andravus, aku tidak akan menganggap ini masalah pribadi. Karena aku yang akan
mengakhirimu!” lantang Smith.
Andravus
terperanjat menyadari ini ternyata adalah perangkap. Namun terlambat, saat dia
hendak melesat mundur, tiga pasang tangan muncul dari samping badan Smith dan
langsung memeluknya dengan erat. sangat erat hingga wajah mereka hampir
bersentuhan. Dan tidak hanya itu, pipi Smith tiba-tiba sobek melintang dan hal
terakhir yang dia lihat adalah mulut Smith terbuka lebar, sangat lebar.
*****
“Kamu
sendiri yang bilang Andravus. Jangan pernah meremehkan lawanmu.” sebuah suara
berucap. Di belakangnya Kika berdiri mematung dengan tatapan kosong.
“Nah,
sekarang Kika. Tolong patuhi perintah dari Tuan Smithmu ini ya?” katanya sambil
berpaling menatap Kika yang mengangguk berkali-kali.
#####
0 comments:
Post a Comment