PTS - Prologue


Prologue

Sayr menatap bayi mungil bercahaya itu, perasaan senang meluap melihat hasil cinta antara dia dan Medm, istri tercinta. Dalam empat purnama, gelembung cahaya tempat mereka menyatukan raga memberikan sebuah cahaya mungil. Terang seperti cahaya matahari di atas sana.
Medm masuk ke dalam gelembung cahaya, mengambil bayi kecil yang mengecapkan mulut berkali-kali. Seyr mengikuti dari belakang, wajah mungil itu kini terlihat jelas. Sepasang mata yang belum terbuka, dari wajah si mungil dia menyadari kemiripan dengan sang ibu daripada dia, sang ayah. Meski begitu, dia tidak ambil pusing.
“Melk.” gumam Medm sambil mengangkat bayi laki-laki itu.
“Itukah namanya? Melk?” Seyr mendekat, mengelus wajah halus anak mereka.
“Iya, Melk. Nama kota suci para peri yang ada di cerita Tetua Langit. Melkakia.” jelas Medm sambil menciumi wajah Melk.
“Melk Putra Tenr.” tegas Seyr, menyebutkan marga mereka. Meski dia merasa marga Tenr tidak setenar marga Hobl-para bangsawan atau marga Nnit-para pejuang, namun Tenr merupakan marga pekerja yang selalu rajin.
“Biarkan dia membawa nama Tenr, seperti para pendahulunya.” Ucap Medm sembari mengangkat Melk ke atas dengan kedua tangan.
Dan seketika itu, muramlah wajah Seyr. Lelaki kecil penerus nama Tenr itu tidak sesuai yang dia harapkan. Tidak ada yang aneh dengan wajah Melk, tidak juga dengan anggota tubuh yang lain. Sepasang tangan dengan sepuluh jari mungil, sepasang kaki yang terkadang menendang kecil. Tidak ada yang kurang, kecuali-
“Dia tidak mempunyai sayap.” lirih Seyr. Kepanikan melanda, ini baru pertama kali terjadi dalam sejarah hidupnya sebagai seorang Peri. Bahkan sejak masa kakek, dan ayah dari kakeknya, dia tidak pernah mendengar cerita tentang seorang peri yang tidak mempunyai  sayap. Dia pernah mendengar, peri yang kehilangan sayap dalam pertempuran, tapi seorang peri lahir tanpa sayap. Ini mustahil. Pasti ini sebuah kutukan.
Medm menoleh ke arah Seyr, raut wajah wanita itu tidak menunjukkan kesedihan. Seyr mengerti, wanita itu tidak mempedulikan apapun jika sudah mencintai. Terbukti dengan cinta mereka, Medm berasal dari Wildn, marga peri bangsawan. Walau tidak sekaya para Hobl, namun Wildn masih ada garis keturunan dengan para Tetua Langit. Dan Medm rela membuang marga Wildn demi menjadi istrinya, marga Tenr.
“Dengan sayap, tanpa sayap. Dia tetap anak kita. Buah hasil cinta kita.” Medm menegaskan maksud raut wajahnya, Seyr mengerjapkan mata bekali-kali.
Seyr mengalah, apa yang dikatakan oleh Medm benar. Sangat benar. Justru kebenaran itulah yang membuat dia semakin sakit hati. Tapi siapa yang harus dia salahkan, para Stra-dewa dewi penjaga jagat? Atau dirinya sendiri yang memaksakan untuk memilih seorang Wildn sebagai istrinya? Ini jelas-jelas kutukan bagi oleh Stra.
“Berjanjilah kau akan tetap menyayanginya selalu!” Medm setengah berbisik, mendekat ke arah Seyr. Menghentikan lamunan pria berumur 20 tahun itu.
Pria itu memaksakan untuk tersenyum, dia yakin Medm pasti bisa merasakan hal itu terukir di wajahnya.
“Semoga dia menjadi Peri yang tangguh, meskipun tidak mempunyai sayap.”
“Aku yakin, para Tetua Langit bisa memberikan saran yang terbaik. Mereka pasti punya jawaban.”
Seyr mengangguk perlahan, walau dalam hati dia tidak begitu yakin kalau para Tetua Langit generasi sekarang mengetahui jawabannya. Para kumpulan bangsawan gendut itu tidak mempunyai kapasitas sebagi Tetua Langit. Entah sejak kapan, para Tetua Langit dipilih berdasarkan para Peri. Tidak lagi oleh Parn, Stra yang mengawasi kehidupan mereka.
“Besok kita akan menemui mereka, semoga mereka memberikan jawaban atas semua ini.” Kata Seyr sambil mengelus kepala Melk yang sedang dipelukan Medm, dan mencium mesra kening sang istri.
####

2 comments: