Riesling mengeluarkan perkamen dan kuasnya, dengan segera menggambar dua
ekor gorila dan memunculkannya. Dua kera raksasa itu berdiri tegap
dihadapannya, memasang kuda-kuda untuk menghadang dua makhluk yang tidak jelas
wujudnya apa.
Benturan keras terjadi, Riesling merasakan tekanan udara yang keras.
Beruntung para gorila berhasil menahan kedua makhluk itu, sekarang dia bsia
melihatd engan jelas makhluk apa yang muncul dari lukisan. Yang satu dia kenali
sebagai kimera, makhluk dengan berkepala singa dan kambing dengan ujung ekor
berkepala ular. Ya dia mengenali makhluk itu, sementara yang satu lagi dia
tidak tahu namanya, dia belum pernah melihat makhluk itu sebelumnya, makhuk
dengan bentuk tubuh mirip dengan gorila hanya saja berkepala babi hutan.
Tidak mau terlena, Riesling menggambar belasan serigala putih.
Melepaskan kawanan pemangsa berkelompok itu ke arah samping, mengejar lawannya
yang masih berdiri mengawasi pertarungan dari lantai atas. Serigala-serigalanya
berlari menaiki tangga melingkar dan menyerang sang pelukis.
Riesling berlari mencari jarak aman, dia harus mengetahui seluk beluk
ruangan ini, mengenali tempat merupakan salah satu taktik untuk memenangkan
pertarungan. Meski sebenarnya dia hanya ingin melarikan diri dari sang
penyerang tapi nampaknya sang penyerang tidak akan melepaskannya begitu saja.
Mau tidak mau dia harus memberikan perlawanan, apapun hasil akhirnya. Julukan
sebagai panglima perang bukan sesuatu yang isapan jempol belaka.
Dengan bersembunyi di antara rak buku,
Riesling mengatur rencana. Kalau orang itu mempunyai kemampuan yang sama
seperti dirinya yaitu sihir yang bisa
menghidupkan gambar maka pasti kelemahannya sama.
Tapi yang pertama, Riesling harus mencari dulu
kemampuan apa saja yang dipunyai lawannya. Dari tempat dia bersembunyi dia
tidak lagi mendengar pertarungan antara gorila-gorilanya dengan makhluk-makhluk
buas lawannya, bahkan suara para serigalanya tidak terdengar. Nampaknya semua
sudah dikalahkan oleh sang lawan.
Rieslng merasakan sesuatu mendekat, bukan
hanya satu tapi banyak. Dia tidak tahu ada berapa banyak karena dia tidak berani
keluar dari persembunyiannya. Nafasnya menjadi cepat, suara berderak dan
bergemerincing membuat dia takut. Suara itu bagai suara puluhan ksatria dengan
zirah perang lengkap dengan persenjataan berat. Sihirnya tidak mungkin bisa
mengimbangi ksatria-ksatria seperti itu.
Dengan cepat dia menggambar, sedikit tergesa.
Memunculkan seekor gajah, dua ekor harimau, dan seekor gorila secara bersamaan.
Segera Riesling berlari ke bagian lebih dalam dari perpustakaan. Mencoba
mencari cara untuk mengamati keadaan dari tempat yang aman.
Melompat ke salah satu rak di sudut ruangan,
Riesling bias melihat makhluk-makhluk yang berderak itu. Makhluk yang berdiri
dengan dua kaki yang menekuk ke belakang, mirip seperti kaki burung unta. Badan
yang sedikit menjorok ke depan dengan sepasang tang yangpenuh dengan duri-duri
tajam dan di bagian iku terdapat tanduk melengkung yang seprtinya sangat tajam.
Yang lebih aneh adalah bagian kepala mirip ular dengan paruh burung elang dan
sepasang tanduk mirip tanduk kambing.
Pertarungan antar-makhluk-lukisan dimulai
tanpa aba-aba. Sang gajah langsung menerjang dua ekor makhluk yang ada di
hadapan. Makhluk-makhluk itu langsung ambruk dan remuk di lebur kaki si gajah,
bagaikan kecoak yang diinjak. Suara mengerang yang aneh sempat terdengar sebelum
kepala makhluk itu hancur. Tidak berhenti di situ, si gajah terus menyerang
dengan menyerudukkan gading dan kadang menghempaskan makhluk-makhluk itu dengan
belalainya.
Pertarungan dua ekor harimau Riesling tidak
kalah sengit, sesekali melesat di udara dan menerjang makhluk-makhluk itu.
Gerakan makhluk yang tangkas masih kalah gesit dengan si harimau. Suara
berdesing terdengar saat makhluk-makhluk itu menyerang dengan tanduk tajam yang
ada di sikunya.
Beberapa makhluk balas menyerang, salah satu
harimau berhasil dilumpuhkan oleh tiga-empat makhluk-makhluk itu. Menyerang
dari belakang saat sang harimau menerjang salah satu dari kawanan makhluk
campuran itu. Namun harimau yang satu tetap melesat, bahkan bergerak bagaikan
angin putting beliung yang menerjang apa saja yang ada di dekatnya dan yang
dilewatinya.
Sementara sang gorila dengan leluasa menyerang
baik dengan pukulan ataupun melemparkan barang-barang. Pertarungan jarak jauh
atau jarak dekat tidak masalah bagi kera raksasa itu. Puluhan makhluk-makhluk
mulai berkurang hingga hanya tersisa lima-enam ekor.
“Rupanya kamu bukan penyihir lukisan
kacangan!” suara wanita itu kini terdengar.
Riesling berusaha mencari di mana sang pemilik
suara. Namun tidak menemukan.
“Namaku Aocchi, kalau boleh tahu, siapakah
namamu nona muda?” tanya wanita itu lagi.
Riesling berdiam diri, dia tidak yakin apakah
wanit itu benar-benar bertanya atau hanya untuk mengetahui tempat
persembunyiannya.
Tiba-tiba Riesling merasakan getaran yang
sangat hebat. Sesuatu yang sangat besar sedang bergerak.
*****
Aocchi baru saja menyelesaikan lukisannya,
berbeda dengan yang sebelumnya kali ini dia menggambar di atas tujuh buah
kanvas yang dia jadikan satu. Dengan memunculkan puluhan Argira tadi dia
berhasil mencuri waktu untuk menggambar sesuatu yang sangat ingin dia gambar
sebelumnya.
Butuh waktu beberapa saat sebelum karyanya
bisa muncul sempurna. Aocchi mencoba mengulur waktu.
“Rupanya kamu bukan penyihir lukisan
kacangan!” teriak Aocchi.
Tidak ada suara jawaban. Dia yakin lawannya
mengira dia berusaha mencari dengan posisi dari suara sang lawan. Pintar piker
Aocchi namun tujuannya bukan itu.
“Namaku Aocchi, kalau boleh tahu, siapakah
namamu nona muda?” teriak Aocchi lagi.
Tetap tidak ada jawaban. Sempurna bagi Aocchi,
perlahan karya besarnya sudah bergerak muncul dari lukisannya.
Makhluk raksasa yang tingginya hampir mencapai
langit-langit perpustakaan yang terdiri dari tiga tingkat ini. Empat kakinya
sangat kokoh menjejak lantai, dengan delapan pasang lengan yang lebih mirip
sulur, hanya saja di bagian ujungnya terdapat bentuk seperti kaki bebek,
berselapu dengan empat jari yang dilengkapi dengan kuku-kuku yang kuat dan
tajam. Dan lima kepala ular muncul dari badan yang mirip dengan kadal, hanya
saja ukurannya jauh lebih besar dari kadal.
“Selamat datang, Maltese!” sapa Aochhi
terhadap ciptaannya. “Sekarang, mengamuklah!” perintahnya terhadap Maltese.
Dengan segera makhluk itu menyerang, lima
kepala ularnya melontarkan bola-bola api sementara tangan-tangannya menghajar
semua yang ada di dekatnya.
Aocchie tersenyum penuh kemenangan karena
bersembunyi pun percuma. Maltese bukan makhluk sembarangan, apalalagi kalau
sudah mengamuk. Namun sesuatu yang tidak dia duga terjadi, Maltese benar-benar
mengamuk, mengamuk tanpa dapat dia kendalikan. Aocchi lupa, tenaga seorang
penyihir lukisan harus cukup kuat untuk mengendalikan makhluk ciptaannya. Dia
baru sadar kalau dia sudah terlalu lelah, namun karena terlalu senang dalam
pertarungan antar lukisan ini dia menjadi lupa diri.
Maltese mengamuk tidak hanya menghancurkan
seisi perpustakaan tetapi juga ruang perpustakaan ini. Langit-langit dan
dinding batu rubuh dan runtuh. Aocchi tidak sempat menyelamatkan diri saat
bebetuan itu menimpa dirinya, dan yang dia temukan hanya kegelapan.
****
Riesling mengernyitkan dahi, tidak percaya
dengan apa yang dia lihat. Seekor makhluk raksasa mirip dengan hydra muncul di
dalam ruangan ini. Apa sang pelukis tidak memikirkan tentang pergerakan makhluk
besar itu jika berada di dalam ruangan. Namun dia tidak bisa berpikir lama
karena makhluk tu menyerang dengan bola-bola api. Salah satunya menghancurkan
rak buku tempat dia bersembunyi. Dia terjatuh dan tertimpa buku dan patahan
kayu dari lemari.
Beruntung sang lawan masih tidak menyadari
keberadaannya tapi saat mencoba berdiri, Riesling kembali merasakan getaran
yang sangat hebat, kali ini lebih hebat dari sebelum kemunculan
mahluk-mirip-hydra itu. Kecurigaannya benar, bebatuan dari langit-langit mulai
berjatuhan. Dia bergegas untuk mendorong buku-buku tebal dan kayu-kayu besar
yang menimpanya tapi terlambat sebuah batu seukuran buku dengan telak
menimpanya dan diiringi dengan bebatuan lain yang membuat dia tidak sadar diri.
*****
Gie
baru saja menjelajahi daerah pemukima sementara penduduk Kerajaan Fantasi.
Sudah beberapa hari ini dia mencari Kika, anaknya, yang terpisah. Pada waktu
terjadi pengungsian besar-besaran, Kika terlepas dari pegangan tangannya. Si
anak memaksa untuk menyelamatkan kucing-kucingnya. Pertempuran yang berlangsung
gempar dan sengit di hari pertama Battle Royale membuat semua penduduk panik,
termasuk dirinya. Bergegas tanpa rencana dia berusaha untuk keluar dari arena
pertempuran Battle Royale tapi dia teledor hingga Kika tak bisa di jaga.
Menunduk
sedih dan lemas, Gie menyakin bahwa Kika belum keluar dari kerajaan. Pikirannya
berkecamuk, dia hanya bisa berharap tidak terjadi sesuatu terhadap anaknya.
Akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke kerajaan, apapun yang terjadi dia
harus mendapatkan kembali anak semata wayangnya. Dan dia sangat mengharapkan bertemu
dengan anaknya dalam keadaan baik-baik saja, kalau saja terjadi sesuatu
terhadap Kika, dia tidak akan memaafkannya.
“Siapapun
itu!” gumannya sambil mengepalkan kedua tangan dan menatap kerajaan dari
tenda-tenda para pengungsi.
#####
0 comments:
Post a Comment