TKAC - Prolog


Ratusan tahun berlalu sejak jaman para Naga, jenis terkuat dan cerdas di antara semua binatang, menghilang. Masa-masa itu telah berlalu, ras berkaki dua mendiami hampir semua pulau di Érde; ras inland (manusia), bangsa angin (elf), iexian (darah campuran), dan lainnya. Hidup berdampingan dengan banyak kerumitan cerita antar mereka.

Kerajaan-kerajaan berdiri, menguatkan tahta para Raja dan penerusnya. Menjelejah untuk memperbesar keagungan mereka, menjajah dan menaklukan. Perang adalah solusi untuk mengamankan garis keturunan raja-raja. Pemberontakan, pertempuran, dan pemusnahan adalah rima kehidupan masa itu.

Tersebutlah sebuah kerajaan di benua hyrn, dipimpin seorang raja yang kuat. Wilayahnya tersebar hampir sepertiga dari Érde, membentang laksana sayap seekor Naga. Kejayaan ini merupakan buah manis dari kecerdasan penasihat perang sang Raja, yang dikenal dengan sebutan "telunjuk dewa", taktik perangnya tidak pernah gagal.

Ezan Salvatore, begitu orang mengenalnya, mengabdi pada Raja Agung yang bergelar Raja Seribu Raja. Ezan mempunyai pikiran yang mampu mengimbangi kehebatan Raja Seribu Raja dalam mengatur kerajaannya sendiri dan kerajaan-kerajaan yang ditaklukan. Anak-anaknya dia sebarkan, memimpin kerajaan-kerajaan tertentu yang memegang peranan vital di benua hyrn, persekutuan-persekutuan pun tercipta dengan kerajaan sekitar. Masa damai kembali datang di hyrn sejak perang pertama para inland

Puluhan tahun damai berjalan, Ezan merasakan dirinyam semakin tidak dibutuhkan oleh sang Raja. Posisinya sebagai penasihat tertinggi digantikan oleh beberapa penasihat yang mengerti tentang bercocok-tanam, perdagangan, pengembangan, dan lainnya. Keahliannnya menyusun strategi perang dianggap tidak lagi bisa memberi kontribusi yang banyak bagi kerajaan.

Takut kehebatannya berkarat dan tumpul, Ezan menyusun rencana untuk membuat kerajaan membutuhkan lagi kemampuannya. Dan dia membutuhkan faktor dasar untuk menggunakan ilmu perangnya, perang itu sendiri! Dan yang bisa dia lakukan dengan lingkupnya saat itu adalah menghasut sang Raja untuk memulai peperangan.

Ezan mencoba memanipulasi Raja untuk memutuskan persekutuan, karena adanya indikasi pemberontakan,  dia memunculkan bukti-bukti palsu untuk menguatkan alasannya. Beruntung sang Raja bukan orang yang mudah terhasut, dia memerintahkan Ezan agar mengisi sisa hidupnya dengan sesuatu yang menyenangkan di masa damai ini.

Ezan mengumpat dalam hati, pikirnya tidak bisa menerima hal itu. Tidak berperang sama saja dengan mati suri baginya. Kalap tanpa sadar dia membunuh sang Raja saat mereka berjalan menuju pintu keluar dari ruang pertemuan. Beruntung baginya tidak ada orang lain di sana.

Ezan panik, tapi otaknya bekerja lancar, pengalamannya sebagai penasihat perang mengecilkan ketakutannya. Dia sudah pernah membunuh ratusa bahkan ribuan pasukan kerajaan lain, apalah arti satu nyawa sang Raja ini. Dengan kemampuan bersilat lidah dan bukti-bukti palsu, dia meyakinkan para penjaga dan keluarga kerajaan bahwa sang Raja tewas dibunuh oelh seorang pembunuh bayaran dari kerajaan sekutu. Ezan menunjukkan bukti-bukti palsu yang tadi dia tunjukkan pada sang Raja.

Peranpun kembali terjadi, perlahan karir Ezan mulai meningkat posisi penasihat perang kembali ia dapatkan. Bahkan secara tidak langsung dia adalah "Raja" di kerajaan itu.

Waktu berlalu dan dia menjadi semakin haus kekuasaan sampai akhirnya dia membunuh seluruh keluarga kerajaan yang tersisa agar dia bisa menyalurkan kejeniusan sesuka hati.

Kejayaan Ezan sebagai raja berlangsung ratusan tahun, hingga pada suatu saat raganya tidak mampu lagi mengimbangi kejeniusan dan nafsu kekuasaannya. Dia menyadari itu dan mulai mengumpulkan informasi tentang kehidupan abadi. Dia berhasil menemukan salah satu perkamen kuno untuk hidup abadi, namun hasilnya sungguh tidak terduga. Dia berhasil abadi dengan bayaran tidak lagi sebagai manusia, melainkan menjadi sebuah pedang. Tidak ada yang tahu dia terpuruk dalam ruang tempat dia melakukan ritual. Hanya bisa menunggu dan menunggu.

0 comments:

Post a Comment